london street photography festival online

Update Terkini Semua Hiburan Online

Populer News

Manajer Timnas yang Kehilangan Pekerjaannya karena Gagal Di Piala Dunia Qatar 2022

Dengan beban seluruh bangsa berada di pundak mereka, menurut Bonanza88, Piala Dunia bisa menjadi turnamen sepak bola yang menegangkan bagi para manajer dan pelatih.

Jujur saja, ada banyak harapan ditempatkan pada Timna suatu negara ketika mereka lolos ke Piala Dunia FIFA.

Apalagi jika menjelang turnamen tersebut Timnas telah berprestasi baik di babak kualifikasi atau kompetisi piala kontinental. Atau, seperti Belgia yang memiliki skuad yang impresif.

Kadang-kadang terlepas dari semua kerja keras dan semua keunggulan yang baik, bahkan negara yang paling favorit pun bisa tersingkir di awal Piala Dunia.

Ketika sebuah tim tersingkir dari turnamen, biasanya manajer akan menjadi pihak yang dianggap bertanggung jawab atas hal tersebut.

Ini akan mengakibatkan sang manajer terkait dipecat atau diganti. Tak terkecuali di Piala Dunia 2022.

Berikut adalah sejumlah pelatih kepala atau manajer Timnas yang dipecat atau mengundurkan diri setelah partisipasi tim yang mereka pimpin di Piala Dunia 2022 jauh dari mengesankan.

  1. Tite – Brasil

 

Pelatih kepala Brasil Tite meninggalkan perannya setelah timnya tersingkir di perempat final Piala Dunia FIFA di tangan Kroasia pada hari Sabtu.

Pria berusia 61 tahun itu mengambil alih Selecao pada 2016 dan memenangkan Copa America pada 2019. Namun, Brasil kalah di babak perempat final Piala Dunia berturut-turut termasuk edisi 2018 di mana ia kalah dari Belgia.

Selama 81 pertandingan bersama Tite, Brasil memenangkan 60 pertandingan dan hanya kalah enam kali, dang mencetak total 172 gol.

 

  1. Luis Enrique – Spanyol

Setelah Spanyol tersingkir di babak 16 besar, menyusul kekalahan adu penalti melawan Maroko, pelatih kepala Luis Enrique langsung dipecat oleh federasi sepak bola Spanyol.

Di bawah Enrique, Spanyol meraih medali perak di Olimpiade Tokyo 2020 dan melaju ke semifinal Kejuaraan Eropa tahun lalu.

Enrique menjadi salah satu pelatih berpengalaman yang meninggalkan tim nasional setelah tersingkir di Piala Dunia di Qatar.

 

  1. Gerardo Tata Martino – Meksiko

 

Pelatih Meksiko Tata Martino menerima tanggung jawab penuh atas tersingkirnya mereka dari fase grup Piala Dunia dan memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak dengan federasi (FMF) sebagai hukumannya.

Meskipun mengalahkan Arab Saudi 2-1 dalam pertandingan penyisihan grup terakhirnya, Meksiko tersingkir dari Piala Dunia setelah finis ketiga di belakang Polandia.

Mereka harus membayar mahal atas ketidakmampuannya mencetak gol dalam dua pertandingan Grup C pertama mereka, yaitu hasil imbang tanpa gol dengan Polandia dan Kalah 2-0 dari Argentina.

Martino menjadi manajer tim nasional Meksiko sejak Januari 2019, dengan tugas memecahkan ‘kutukan’ Timnas tersebut yang selalu gagal di sistem gugur di Piala Dunia FIFA.

Faktanya, tim berjuluk El Tri ini selalu sukses mencapai babak pra perempatfinal di setiap edisi sejak Piala Dunia 1994. Namun, mereka selalu gagal mencapai babak semifinal.

 

  1. Paulo Bento – Korea Selatan

 

Paulo Bento mengundurkan diri sebagai pelatih Korea Selatan setelah timnya menderita kekalahan 4-1 dari Brasil pada pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2022 di Stadion 974, Doha.

Pada konferensi pers pasca pertandingan, Bento membuat pengumuman dengan mengatakan dia tidak akan meminta pembaruan kontraknya dengan Asosiasi Sepak Bola Korea.

Bento mengambil alih kendali tim tersebut pada Agustus 2018 dari mantan pelatih Shin Tae Yong, setelah Korea Selatan tersingkir di babak penyisihan grup dari Piala Dunia Rusia 2018.

Di Piala Dunia Qatar, dia memimpin Korea Selatan ke babak sistem gugur untuk pertama kalinya sejak Piala Dunia Afrika Selatan 2010, ketika Korea mengalahkan Portugal dalam pertandingan grup terakhirnya untuk maju.

 

  1. Otto Addo – Ghana

Pria berusia 47 tahun ini adalah mantan pemain internasional Ghana yang lahir di Jerman dan bermain untuk timnas Ghana Stars dalam penampilan Piala Dunia pertama mereka pada 2006.

Penunjukan dia sebagai manajer tim sebenarnya mengejutkan semua pihak, karena Addo tidak memiliki pengalaman sebagai pelatih. 

Addo sendiri memang sudah menyatakan jauh hari bahwa dirinya akan berhenti sebagai manajer Timnas setelah Piala Dunia Qatar, terlepas apakah Ghana juara atau gagal.

Saat ini, Addo juga masih terdaftar bekerja sebagai pelatih bakat di sebuah klub di Bundesliga, tempat dia sebelumnya bermain.

  1. Roberto Martínez – Belgia

Pelatih kepala Belgia Roberto Martinez juga mengumumkan dia tidak akan melanjutkan sebagai bos tim berjuluk The Red Devils itu setelah fase grup yang mengecewakan di mana mereka menyelesaikannya dengan rekor 1-1-1. Padahal, Belgia dipandang sebagai salah satu favorit berat sejak awal turnamen.

Martínez sendir telah memimpin Timnas Belgia sejak 2016. Berdasarkan data Bonanza88, bersama dirinya Belgia menorehkan prestasi menjadi perempat final di Euro 2016, juara ke-3 di Piala Dunia 2018, dan perempat final di Euro 2020.